Jumat, 22 Agustus 2014

Magang layer

LAPORAN MAGANG
AYAM PETELUR
PT. HALIM FARM

Disusun Oleh :
Akbar Muhammad W.         H0512008
Ananda Saka P.                    H0512010
Dewanto Suyono                   H0512035
Dian Viky Aditya                  H0512039






JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
I.                   PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Ternak merupakan bahan baku sumber protein hewani untuk memenuhi kebutuhan konsumsi manusia. Produk dari ternak dapat berupa daging, telur  maupun susu, yang dimanfaatkan untuk konsumsi masyarakat sehari-hari. Protein yang terkandung sangatlah tinggi guna mencukupi kebutuhan nutrient harian manusia. Kecukupan gizi yang dikonsumsi manusia akan menunjang kelancaran seluruh aktivitas manusia.
Salah satu produk hewani yang mengandung protein tinggi adalah telur.  Telur merupakan produk hewani yang mudah didapatkan oleh manusia dengan harga yang terjangkau. Telur selain mengandung protein juga mengandung nutrient lain seperti karbohidrat dan lemak. Saat ini konsumsi telur masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Telur yang dikonsumsi masyarakat Indonesia masih berkisar antara 90 butir/kapita/tahun yang artinya setiap 4 hari masyarakat Indonesia mengonsumsi 1 butir telur (Infopublik, 2013). Hal tersebut dikarenakan kurang sadarnya masyarakat Indonesia akan kebutuhan protein hewani.
Ayam layer atau ayam petelur merupakan sebuah usaha yang prospek ke depannya menjanjikan. Kebutuhan pangan berupa telur akan selalu bertambah seiring dengan pertambahan penduduk. Usaha peternakan ayam petelur juga memerlukan karyawan yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia. Halim farm merupakan salah satu peternakan ayam petelur yang menyokong ketersediaan telur di Indonesia khususnya di Surakarta dan sekitarnya. Halim farm memiliki beberapa cabang peternakan yang bergerak dibidang pembibitan (breeding), pencampuran ransum dan tentunya juga kandang layer. Salah satu anak cabang dari Halim farm letaknya di dusun Tundungan, desa Sroyo kecamatan Jaten kabupaten Karanganyar yang letaknya ± 10 KM dari pusat Kota Solo. Halim farm cabang Tundungan mempunyai luas lahan ± 5 Ha dengan jumlah kandang yang fungsi adalah 45 kandang. Karyawan dalam peternakan ini ada 30 orang.
B.  Tujuan Kegiatan
Kegiatan magang ini memiliki tujuan antara lain sebagai berikut :
1.   Agar mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dengan mengikuti pelaksanaan kegiatan di lapangan kerja yang ada di bidang peternakan pada umumnya.
2.   Agar mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan mengenai hubungan antara teori yang di dapat selama kuliah dengan penerapan yang ada di lapangan kerja.
3.   Merupakan sebuah kegiatan untuk lebih mendalami mengenai ayam layer dan manajemennya.
C.  Manfaat Kegiatan
Kegiatan magang ini mempunyai manfaat sebagai berikut :
1.      Mahasiswa mendapatkan pengalaman mengenai kegiatan dan manajemen dalam peternakan ayam petelur.
2.      Mahasiswa mengetahui tanda-tanda penyakit pada ayam petelur dan cara penanggulangannya.
3.      Mahasiswa mampu berkomunikasi dengan baik dan mengintegrasikan diri dalam lingkungan perusahaan PT. Halim Farm.
4.      Mahasiswa mampu menganalisa berbagai permasalahan serta kendala dalam pelaksanaan dan pengembangan usaha peternakan ayam petelur di PT Halim Farm.








II.                TINJAUAN PUSTAKA
A.  Ayam Petelur (Layer)
Ayam domestik termasuk dalam spesies  Gallus gallus  tetapi terkadang  ditujukan kepada Galluells domesticus.  Ayam diklasifikasikan sebagai berikut (Scanes et  al., 2004) :
Filum          : Chordata 
Subfilum      : vertebrata
Kelas           : Aves
Superordo   : Carinatae
Ordo           : Galliformes
Famili         : Phasianidae 
Genus         : Gallus
Spesies        : Gallus gallus
Ayam layer atau ayam petelur adalah ayam yang diternakkan khusus untuk menghasilkan telur konsumsi. Jenis ayam petelur dibagi menjadi tipe ayam petelur ringan dan medium. Tipe ayam petelur ringan mempunyai badan yang ramping dan kecil, bulu berwarna putih bersih, dan berjengger merah, berasal dari galur murni (white leghorn) mampu bertelur lebih dari 260 telur per tahun produksi hen house. Ayam petelur ringan sensitif terhadap cuaca panas dan keributan, responnya yaitu produksi akan menurun. Tipe ayam petelur medium memiliki bobot tubuh yang cukup berat, tidak terlalu gemuk, kerabang telur berwarna coklat,dan bersifat dwiguna (Bappenas, 2010). Ayam yang dipelihara sebagai penghasil telur konsumsi umumnya tidak memakai pejantan dalam kandangnya karena telur konsumsi tidak perlu dibuahi (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Ayam ras petelur merupakan tipe ayam yang secara khusus menghasilkan telur sehingga produktifitas telurnya melebihi dari produktifitas ayam jenis lainnya. Keberhasilan pengelolaan usaha ayam ras petelur sangat ditentukan oleh sifat genetis ayam, manajemen pemeliharaan, makanan dan kondisi pasar (Amrullah, 2003).
Menurut Rasyaf (2008) ayam petelur dibagi menjadi
1.                     Ayam Petelur Tipe Ringan
Tipe ayam ini sering disebut juga dengan tipe ayam petelur putih. Ayam tipe ini mempunyai badan yang ramping atau disebut kurus-mungil. Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam tipe ini umumnya berasal dari galur murni white leghorn. Ayam ini mampu bertelur lebih dari 260 butir telur per tahun produksi hen house. Ayam tipe ringan ini memang khusus diciptakan untuk bertelur saja sehingga semua kemampuan dirinya diarahkan pada kemampuan bertelur. Berbeda dengan ayam pedaging atau ayam broiler khususnya yang memang diarahkan untuk memproduksi daging. Ayam tipe ringan sensitif terhadap cuaca panas dan keributan.
2.                     Ayam Petelur Tipe Medium
Bobot tubuh ayam tipe ini cukup berat. Berat badannya berada diantara ayam petelur tipe ringan dan ayam broiler sehingga disebut tipe medium. Tubuh ayam tipe medium tidak terlalu kurus tetapi juga tidak terlalu gemuk, karena menghasilkan telur yang cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang banyak, ayam tipe ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Ayam-ayam yang termasuk tipe ini misalnya : Rhode Island Red, Lohman Brown, Hubbard, Dekalb, Isa Brown, Hyline.
B.  Perkandangan
Sistem perkandangan ayam petelur dapat berupa litter dan cage. Sistem litter menggunakan alas berupa sekam atau serbuk gergaji,. Sistem cage dapat berupa single bird cage (diisi satu ekor ayam, disebut juga kandang tipe baterai), multiple bird cage (diisi 2 ekor ayam atau lebih, tidak lebih dari 8 – 10 ekor), dan colony cage (diisi 20 – 30 ekor ayam). Lebar bangunan kandang untuk ayam petelur saat fase layer sebaiknya sekitar 8 m apabila tipe kandang terbuka, jika lebar kandang 12 m maka perlu dilengkapi dengan ridge ventilation.  ventilasi yang kurang baik mengakibatkan amoniak dari ekskreta akan mejadi racun bagi ayam, menimbulkan gangguan pernafasan, penurunan produksi, dan penyakit cacing untuk ayam yang dipelihara di kandang litter. Pemberian cahaya sebaiknya 14 jam per hari, yaitu kombinasi antara cahaya matahari dan cahaya lampu sebagai tambahan, tujuannya untuk meningkatkan produksi telur, mempercepat dewasa kelamin, mengurangi sifat mengeram, dan memperlambat molting (perontokan bulu) (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Suhu optimal untuk pemeliharaan ayam petelur strain Hy-Line Brown fase layer yaitu 18 – 27%, dengan batas kelembaban 40 – 60%. Intensitas cahaya sekitar 20 lux. Sistem kandang dapat berupa litter (kepadatan maksimum 8 ekor/m2), slat (kepadatan maksimum 10 ekor/m2) atau kombinasi litter-slat (kepadatan maksimum 9 ekor/m2). Sarang untuk bertelur berbentuk boks, satu sarang dengan ukuran 30 x 40 x 50 cm dapat digunakan maksimum untuk delapan ekor ayam. Sarang tidak diperlukan dalam sistem perkandangan cage (sangkar) (Hy-Line International, 2010).
Cage dapat dibuat bertingkat hingga tiga deck atau lebih. Deck disusun membentuk frame A agar ekskreta ayam dari deck atas langsung jatuh ke lantai atau tempat penampungan ekskreta dan tidak jatuh ke deck di bawahnya. Partisi untuk cage dapat berupa solid (tertutup) atau wire. Partisi yang berbentuk wireberfungsi untuk mengoptimalkan pertukaran udara di dalam cageCage untuk ayam petelur dapat terbuat dari berbagai bahan seperti logam, plastik, kayu, atau bambu (Lelystad, 2004).
C.   Pakan
Ransum adalah campuran berbagai macam bahan organik dan anorganik yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan. Zat makanan tersebut yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi. Agar pertumbuhan dan produksi maksimal, jumlah dan kandungan zat-zat makanan yang diperlukan ternak harus memadai (Suprijatna et al., 2005).
Bahan pakan (makanan ternak) adalah bahan-bahan alami maupun bahan buatan yang dapat dimakan, disukai, dapat dicerna sebagian atau seluruhnya, dapat diserap dan bermanfaat bagi ternak. Penyusun utama bahan pakan yang dapat dicerna dan bermanfaat bagi ternak disebut zat makanan (nutrien). Besar kecilnya kandungan nutrien di dalam bahan pakan yang dapat dicerna dan bermanfaat akan mencerminkan besar kecilnya nilai nutriennya (Zuprizal dan Kamal, 2005).
Bentuk fisik pakan ada beberapa macam, yaitu mash and limited grains (campuran bentuk tepung dan butiran), all mash (bentuk tepung), pellet (bentuk butiran dengan ukuran sama), crumble (bentuk butiran halus dengan ukutan tidak sama). Di antara keempat macam bentuk tersebut, bentuk pellet memiliki palatabilitas paling tinggi dan lebih tahan lama disimpan. Bentuk all mash atau tepung digunakan untuk tempat ransum otomatis, tetapi kurang disukai ayam, mudah tengik, dan sering menyebabkan kanibalisme yang tinggi (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Air mutlak diperlukan dalam usaha peternakan karena berpengaruh langsung terhadap kehidupan ternak. Selain air untuk minum, air juga diperlukan untuk memandikan ternak dan memebersihkan kandang. Perlu dipertimbangkan juga sumber air yang akan digunakan, misalnya air tanah maupun air sungai yang mengalir langsung (Subrono, 1995).
D.  Produksi
Blakely dan Bade (1991) menyatakan bahwa untuk ayam petelur produksi telur rata-rata yang baik adalah 20 butir per bulan. Tilman, dkk. (1986) kemampuan ayam petelur berproduksi tinggi akam menghasilkan rata-rata 250 butir telur per-ekor pertahun dengan berat kira-kira mencapai 60 g. Amrullah (2003) menyatakan bahwa petelur unggul dapat berproduksi sampai 70% atau 275 butir pertahun. Produksi telur ayam lokal di Indonesia dengan makanan yang baik juga berkisar dari 40-50%.
Anggorodi (1994) mengemukakan bahwa besarnya telur di pengaruhi oleh beberapa faktor termasuk sifat genetic, tingkat dewasa kelamin, umur, obat-obatan,dan makanan sehari-hari. Faktor makanan terpenting yang diketahui mempengaruhi besar telur adalah protein dan asam amino yang cukup dalam pakan. Selanjutnya di jelaskan, bahwa di samping ransum yang berkualitas baik juga air minum turut berpengaruh terhadap ukuran besar telur, dimana pada ayam kekurangan air minum akan mempengaruhi organ reproduksinya.
Berat rata-rata sebutir telur ayam ras yang sedang berproduksi adalah 60 gram dengan rata-rata produksi pada titik optimal adalah 250 butir per ekor per tahun (Tillman, 1986). Selanjutnya Romanoff dan Romanoff (1963) menyatakan, bahwa membrane telur 10,5%, putih telur atau albumen 58,5%, dan kuning telur atau yolk 31,0 % dari berat telur.
E.     Kesehatan Ternak
Menurut Undang-undang Peternakan dan Kesehatan Hewan No.18 Tahun 2009 yang dimaksud kesehatan hewan adalah segala urusan yang berkaitan dengan perawatan hewan, pengobatan hewan, pelayanan kesehatan hewan, pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan, penolakan penyakit, medik reproduksi, medik konservasi, obat hewan dan peralatan kesehatan hewan serta keamanan pakan.
Penyakit merupakan salah satu penghambat dalam usaha peternakan. Berbagai jenis penyakit pada ternak dapat dibedakan menjadi dua yakni penyakit menular dan tidak menular. Penyakit menular merupakan suatu ancaman bagi peternak. Walaupun penyakit menular tidak langsung mematikan, akan tetapi bisa merusakan kesehatan ternak secara berkepanjangan, mengurangi pertumbuhan, dan bahkan menghentikan pertumbuhan sama sekali (Sugeng, 2003). 
Upaya pengendalian penyakit dapat dilakukan melalui usaha pencegahan penyakit dan atau pengobatan pada ternak yang sakit. Namun demikian usaha pencegahan dinilai lebih penting dibandingkan pengobatan. Beberapa hal yang  perlu diperhatikan dalam upaya pengendalian penyakit antara lain adalah : a) menjaga kesehatan ternak, b) mempertahankan penampilan ternak agar tetap baik, c) memperhatikan komposisi bahan pakan, d) Ketersediaan zat nutrisi yang baik dan seimbang dan e) mengoptimalkan pemakaian limbah pertanian yang ada (Kartasudjana, 2001).























III.        TATA LAKSANA KEGIATAN
A.  Waktu Pelaksanaan            : 6-18 Januari 2014
B.  Nama Institusi                    : Peternakan Ayam Petelur PT. Halim Farm
C.  Alamat                                : Tundungan, Sroyo, Jaten, Karanganyar
D.  Uraian kegiatan yang dilakukan di lokasi magang antara lain :
1.      Metode langsung
a.       Orientasi
Orientasi merupakan kegiatan pengenalan mengenai situasi dan kondisi peternakan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengenali setiap sisi dari peternakan baik kandang maupun karyawannya.
b.      Wawancara
Wawancara merupakan suatu bentuk kegiatan tanya jawab yang dilakukan secara langsung. Wawancara ini dilakukan baik ketika berada di lapangan maupun di kantor. Beberapa pertanyaan mengenai materi yang belum jelas akan ditanyakan langsung kepada koordinator masing-masing bagian maupun langsung kepada pegawai yang ada pada saat itu.
c.       Pelaksanaan Magang
Pelaksanaan magang merupakan kegiatan yang menjadi tujuan utama kami ketika berada di instansi mitra. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan dan dijadwalkan oleh masing-masing bagian selama magang berlangsung. Tatalaksana atau uraian kegiatan yang akan dilaksanakan selama magang antara lain adalah:
1)      Melaksanakan kegiatan harian seperti pembersihan tempat pakan dan minum, pemberian pakan, pengambilan telur dan pengepakan dalam box maupun egg tray.
2)      Kegiatan lain yang dilakukan adalah pelaksanaan vaksinasi dan juga pemberian vitamin.
3)      Pembedahan ayam yang mati guna mengidentifikasi kematian dari ayam tersebut.
2.      Metode tidak Langsung
a.       Pencatatan data sekunder yang diperoleh dari internet dan media lainnya.
b.      Metode pengumpulan data dengan mencatat data-data yang telah ada, meliputi data iklim, topografi, keadaan tanah luas areal, recording produksi telur dan struktur organisasi.






















IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Ayam Petelur
Ayam layer atau ayam petelur adalah ayam yang diternakkan khusus untuk menghasilkan telur konsumsi. Jenis ayam petelur dibagi menjadi tipe ayam petelur ringan dan medium. Tipe ayam petelur ringan mempunyai badan yang ramping dan kecil, bulu berwarna putih bersih, dan berjengger merah, berasal dari galur murni (white leghorn) mampu bertelur lebih dari 260 telur per tahun produksi hen house. Ayam petelur ringan sensitif terhadap cuaca panas dan keributan, responnya yaitu produksi akan menurun. Tipe ayam petelur medium memiliki bobot tubuh yang cukup berat, tidak terlalu gemuk, kerabang telur berwarna coklat,dan bersifat dwiguna (Bappenas, 2010).
Ayam petelur tubuhnya relatif lebih kecil jika dibandingkan ayam tipe pedaging. Produksi telurnya antara 250 sampai 280 butir per tahun. Telur pertama dihasilkan pada umur 5 bulan. Umumnya, produksi telur yang terbaik akan diperoleh pada tahun pertama ayam mulai bertelur. Produksi telur pada tahun-tahun berikutnya cenderung akan terus menurun.
Ayam petelur di peternakan ayam petelur PT. Halim Farm adalah strain layer dengan warna kerabang telur coklat. Menurut Wahyu (1985), ayam petelur ini mulai bertelur pada umur sekitar 22 minggu. Produksi telur terus meningkat  dan mencapai puncak produksi pada umur sekitar 32 sampai 36 minggu. Setelah mencapai puncak, kemudian produksi mulai berkurang secara perlahan-lahan sampai sekitar 55% pada umur 82 minggu. Umur ayam di peternakan PT. Halim Farm sangat beragam. Umurnya dikelompokkan menjadi umur muda, setengah tua, dan ayam tua. umur yang berbeda akan membuat perlakuan terhadap ayam juga berbeda. Ayam yang usianya lebih muda tentunya perihal mengenai jumlah konsumsi pakan juga berbeda. Hal tersebut dikarenakan pakan yang dikonsumsi selain untuk maintenance dan produksi telur juga untuk pertumbuhan dan perkembangan
B.      Perkandangan
Kandang merupakan sebagai salah satu faktor lingkungan hidup ternak, sehingga kandang harus bisa memberi jaminan hidup yang sehat dan nyaman sesuai dengan tuntutan hidup ternak. Kandang berfungsi untuk melindungi ternak ayam dari pengaruh buruk iklim, seperti hujan, panas matahari, atau gangguan-gangguan lainnya. Kandang yang nyaman dan memenuhi syarat-syarat perkandangan akan memberikan dampak positif karena ternak menjadi tenang dan tidak stress. Dampak positif yang diinginkan seperti tingginya produktifitas juga akan terpenuhi.
Kandang yang berada pada PT. Halim Farm menggunakan 3 jenis kandang yaitu tipe gable, semi monitor, dan monitor. Atap sebagian besar menggunakan genteng, namun terdapat juga kandang yang menggunakan atap asbes.  Dari segi kontruksinya kandang disini cukup kuat untuk menampung lebih dari seribu ayam petelur. Kandang menggunakan bentuk V jadi hanya terdapat dua bagian, yaitu samping kanan dan kiri, dari masing masing bagian terdapat tiga tingkatan. Kandang dibuat dengan benyuk bateray. Luas lahan pada PT. Halim Farm adalah  sekitar 5 Ha.
1.    Tipe-tipe Kandang PT. Halim Farm
a.   Atap Kandang gable
 





                                           Gambar.1 Tipe atap kandang gable
        Jenis atap ini dipergunakan untuk ukuran kandang yang kecil dan jumlah pemeliharaan unggas yang sedikit. Kandang dengan ukuran lebar lebih dari 4 meter tidak cocok menggunakan atap jenis ini. Suatu bentuk rumah kandang yang mempunyai saluran udara dibagian dinding depan separuh bagian terbuat dari rakitan bambu yang seperti keranjang. Saluran udara sebagian dapat  melalui sisi bagian kiri dan atap rumah.
b.   Atap Kandang semi monitor
 





                                    Gambar.2 Tipe atap kandang semi monitor
        Bentuk rumah kandang yang mempunyai saluran udara masuk ke dalam kandang melalui  bagian atap pada atap monitor. Adanya saluran udara seperti itu maka diharapkan pergantian udara dalam andang dan dapat lancar untuk menjamin kesegaran dan udara dalam kandang yang diperlukan oleh ayam. Atap semi monitor merupakan gabungan dari jenis atap monitor dan gable, umumnya di pergunakan untuk memelihara unggas dalam jumlah sedikit
c.   Atap Kandang monitor




                                                Gambar.3 Tipe atap kandang monitor
        Bentuk rumah kandang yang mempunyai saluran udara pada bagian atap lebih sempurna pada bagian monitor terbuka seluruhnya sehingga peredaran udara masuk mapun keluar secara langsung dapat berganti. Atap jenis dipergunakan apabila ukuran kandang cukup luas atau lebar kandang lebih dari 3,5 m dan jumlah unggas yang dipelihara banyak. Jenis ini sangat bagus terutama bila dikaitkan dengan fungsinya membantu sirkulasi udara kandang.
Kandang yang digunakan dalam peternakan ini memiliki spesifikasi yang berbeda-beda dari segi kontruksi. Kami telah mengambil rataa-rata dari setiap bentuk atap kandang. Kandang gable memiliki lebar 3,6 m ; tinggi dari tanah sampai ujung atap 4,7 m ; tinggi ujung atap dari lantai kandang 3,4 m ; tinggi ventilasi 1,38 m. kandang dengan tipe atap semi monitor memiliki lebar 3,8 m ; tinggi dari tanah sampai ujung atap 4,15 m ; tinggi ujung atap dari lantai kandang 3,43 m ; tinggi ventilasi 1,2 m. sedangkan kadang monitor memiliki lebar kandang 3,6 m; tinggi dari tanah sampai ujung atap 5,9 m; tinggi ujung atap dari lantai kandang 3,8 m.
2.     Bentuk Kandang
 






Gambar 4. Konstruksi Kandang
Kandang yang di gunakan menggunakan kandang bateray. Kandang baterai merupakan kandang yang berbentuk sangkar empat persegi panjang yang disusun berderet-deret memanjang bertingkat dua ataupun bertingkat tiga, dan setiap sangkar (ruangan) hanya menampung satu ekor ayam. Lantai kandang merupakan bilah-bilah bambu ataupun kawat yang disusun tidak rapat agar kotoran ayam dapat langsung jatuh ke tanah. Ukuran luas sangkar kandang untuk satu ekor ayam adalah panjang 45 cm, lebar 25 – 30 cm dan tinggi 40 – 45 cm. Pintu kandang terletak di bagian muka, pada sisi yang berukuran 40 – 45 cm x 25 30 cm. Model kandang ini paling sesuai dengan dan efektif untuk daerah tropis yang panas dan lembab seperti di Indonesia, serta cocok untuk lahan yang sempit.
3.                          Peralatan Kandang
Peralatan yang terdapat di dalam kandang ada tempat makan, tempat minum, ceker, alat untuk memberi makan, egg tray dan alat kebersihan. Peralatan tersebut memiliki fungsi berbeda-beda tergantung kegunaannya. Peralatan ini juga mempermudah operator kandang dalam melakukan pekerjaannya. Peralatan pada peternakan ini kalau dilihat dari segi ekonomi sangat sederhana dengan harga yang murah, namun kegunaanya sangat mendukung dari kandang. Ukuran alat yang tidak terlalu besar dan juga ringan membuat operator kandang tidak kesulitan dalam pengelolaan pakan.
a.       Alat Pakan





Gambar 5. Peralatan untuk memberi pakan
Alat ini di gunakan oleh operator kandang untuk memberi makan pada ayam layer.  Penggunaan alat ini mempermudah dan mempercepat pemberian makan karena dengan model tempat pakan yang di bentuk menjadi satu deret, setelah alat ini di isi pakan, langsung pakan diletakkan pada tempat pakan kemudian ditarik dengan tangan dan dengan takaran yang cukup.


b.      Tong Penampung Air
 







Gambar 6. Tong Penampung Air
Tempat penampungan ini diletakkan di tempat yang tinggi agar dapat mengalirkan air ke tempat minum dengan lancar. Alat ini berguna sekali ketika pemberian vaksin atau vitamin karena tinggal memasukkan ke dalam penampung dan dialirkan menuju tempat minum.
c.       Tempat Pakan





Gambar 7. Tempat Pakan
Tempat pakan ini menggunakan bahan setengah dari belahan pipa paralon sehingga bentuknya memanjang sepanjang kandang. Tempat pakan ini mempermudah dalam pemberian pakan karena tidak harus memberi makan ayam satu per satu.



d.        Tempat minum
 





Gambar 8. Tempat Minum
     Tempat minum ini menggunakan paralon yang dibelah menjadi 2 bagian. Penggunaan peralatan ini adalah untuk mempermudah dalam pemberian minum dan dalam proses membersihkannya. Air dialirkan dari satu kran air yang langsung mengalir ke paralon air sepanjang kandang.
e.        Egg tray




    Gambar 9. Egg tray
Egg tray ini adalah tempat untuk mengangkut telur dari kandang ke tempat penimbangan. Satu egg tray mampu menampung telur sejumlah 30 butir telur. Alat ini cukup praktis karena tidak berat dan mempermudah dalam mengangkatnya karena dapat di tumpuk. Alat ini juga meminimalisir terjadinya telur pecah dalam proses pengangkutannya.

f.        Ceker
Ceker digunakan untuk meratakan pakan pada saat setelah pemberian pakan agar pakan yang diberikan dapat merata pada setiap ayam. Perataan pakan ini dilakukan sekitar 3 – 5 kali sehari.
C.      Pakan
Pakan merupakan faktor yang sangat penting dalam pemenuhan nutrisi bagi ayam petelur. Jumlah telur yang diproduksi ayam sangat tergantung pada pemberian pakan dengan ransum yang sesuai dan mencukupi nutrisi untuk bertelur. Pemberian pakan tergantung pada umur ayam, kualitas pakan, dan komposisi pakan. Peternakan ini pemberian pakan pada usia produktif mencapai 120-122 gr/ekor/hari dengan crude protein 18-21%.
Pakan yang digunakan di peternakan ayam PT. Halim Farm adalah pakan kering dingin. Pakan yang diberikan adalah campuran dari jagung giling, bekatul, bungkil kedelai dan tepung ikan. Pakan tersebut didatangkan dari kandang pakan yang masih satu manajemen dengan Halim farm. Pakan diberikan setiap pagi sekitar jam 07.30 dan siang sekitar 13.30 WIB. Pakan tersebut telah disesuaikan dengan jumlah kebutuhan ransum untuk ayam setiap umurnya. Pakan diberikan 2 kali dalam sehari karena apabila ayam kekurangan energi dapat langsung disokong dengan pakan selanjutnya.
Menurut Kartasudjana dan Suprijatna (2006) bentuk fisik pakan ada beberapa macam, yaitu mash and limited grains (campuran bentuk tepung dan butiran), all mash (bentuk tepung), pellet (bentuk butiran dengan ukuran sama), crumble (bentuk butiran halus dengan ukutan tidak sama). Peternakan ini menggunakan pakan bentuk crumble yang dinilai lebih efektif sesuai dengan ukuran dari paruh ayam.
D.      Produksi
Produksi telur menurut data yang kami ambil dari data harian berbeda-beda tergantung umur ayam dan populasi ayam. Ayam yang masih muda atau pada awal mulai bertelur berumur 20 minggu produksi telurnya masih sedikit, seperti pada kandang 44, 45 dan 25 dengan produksi telur (% lay) 30,69%; 35,78% dan 24,02%. Hal ini disebabkan ayam masih terlalu muda untuk bertelur dan pemberian pakan masih sedikit sekitar 110 gr/ekor/hari, ini belum memenuhi dan protein untuk produksi ayam dan hanya cukup untuk mencukupi kebutuhan energi harian yang idealnya pemberian pakan 120 gr/ekor/hari seperti pada ayam lainya yang telah mencapai puncak produksi.
Ayam yang telah mencapai puncak produksi menurut data yang diambil berkisar antara umur 25 sampai 52 minggu. Produksi telur (% lay) pada kandang 11, 12 berumur 27 minggu mencapai 87,09% dan 86,77%. Kandang 6, 9 dan 10 berumur 32 minggu mencapai 154,26%; 91,53%; dan 87,6%. Kandang 31, 39 dan 26 berumur 48 minggu mencapai 74,92%; 80,97%; dan 80,16%. Kandang 47, 49 dan 4 mencapai 78,83%; 75,54; dan 83,33%. Ayam berumur 27 sampai 52 minggu ini diberi pakan dengan konsumsi 120-122/ekor/hari, hal ini telah mencukupi kebutuhan energi harian dan protein untuk produksi telur. Kecuali pada kandang 6 berumur 32 minggu, ayam diberi konsumsi pakan 203,85 gr/ekor/hari, hal ini sangat berlebihan sehingga boros dalam pemberian pakan. Sejalan dengan itu produksi telurnya juga melebihi rata-rata yaitu mencapai 154,26%.
Ayam yang setengah tua dengan produksi telur yang masih stabil berkisar antara umur 59 sampai 82 minggu. Produksi telur (% lay) pada kandang 46 dan 48 berumur 59 minggu mencapai 77,47% dan 74,11%. Kandang 28, 29, 30 dan 33 berumur 67 minggu mencapai 74,72%; 75,24%; 83,55%; dan 79,38%. Kandang 16, 18, 40 dan 41 berumur 73 minggu mencapai 78,94%; 80,29%; 85,35%; dan 78,38%. Kandang 2, 43 dan 50 berumur 74 minggu mencapai 80,60%; 73,75%; dan 38,75%. Kandang 8, 34, 35, 17, 19, 20, 21, 37 dan 38 berumur 77 minggu mencapai 75,4%; 99,3%; 79%; 73,22%; 77,13%; 72,33%; 70,15%; dan 71,19%. Ayam berumur 59 sampai 82 minggu ini diberi pakan dengan konsumsi 119-122,5/ekor/hari, hal ini telah mencukupi kebutuhan energi harian dan protein untuk produksi telur. Kecuali pada kandang 34 berumur 77 minggu, ayam diberi konsumsi pakan 172,65 gr/ekor/hari, hal ini sangat berlebihan sehingga boros dalam pemberian pakan. Sejalan dengan itu produksi telurnya juga melebihi rata-rata yaitu mencapai 99,3%.
Ayam petelur stain layer mulai diafkir setelah mencapai umur 90 minggu ke atas. Ayam petelur yang tua produksi telurnya mulai menurun, maka dari itu perlu diafkir untuk efisiensi pakan. Namun peternakan ini masih menjaga ayam-ayam tua dan tidak diafkir walaupun sudah melebihi batas umur ayam afkir. Hal ini dipertimbangkan dari produksi telur yang masih baik hingga mencapai batas terendah produksi telur pada peternakan ini yaitu 40% baru diafkir dan juga menunggu pedagang ayam yang belum bisa mengambil ayam afkir karena harga ayam afkir sekarang menurun.
Menurut data yang diperoleh masih ada ayam yang kisaran umurnya diatas 95 minggu yaitu pada kandang 3, 13, 14, 22, 23, 24, dan 36 dengan produksi telur mencapai 69,70%; 64,6%; 60,92%; 64,23%; 69,37%; 62,10%; dan 64,72%. Ayam umur 96 minggu ini diberi konsumsi pakan sebanyak 117,6-122,3 gr/ekor/hari.
E.      Kesehatan Ternak
Kesehatan ternak ayam layer sangat penting karna dapat mempengaruhi produksi telur dari ayam layer ini. Pemberian vitamin dan vaksin di tujukan untuk meningkatkan produktivitas dan memberi antibodi pada ayam layer tersebut agar tidak terkena penyakit yang dapat mempengaruhi produksi dan bahkan dapat mengakibatkan kematian. Pemberian vaksin dan vitamin ini sudah terjadwalkan sesuai dengan umur dari ayam tersebut, karena pemberian vaksin dan vitamin tidak asal memberi namun juga memikirkan kondisi fisik dari ayam yang akan diberi vaksin dan vitamin.
Vaksin ada 2 macam yaitu injeksi dan drink water. Injeksi adalah dengan cara menyuntikkan vaksin melalui intramuskuler atau bisa juga melalui subcutan pada bagian belakang leher. Sedangkan drink water dengan cara mencampurkan vaksin dengan air minum melalui bak penampungan air minum. Vaksin dapat digunakan sebagai pencegahan maupun penyembuhan penyakit.
1.      Peralatan Vaksin
a.     Suntikan




Gambar 10. Suntikan
Alat ini digunakan untuk menginjeksikan vaksin melalui intramuskuler ataupun melalui subcutan. Cara penggunaannya adalah dengan menyambungkan selang ke wadah vaksin. Kemudian disuntikkan ke bagian tubuh ayam lalu dorong pelatuknya agar vaksin masuk.
b.    Selang bening
 






        Gambar 11. Selang
Selang di gunakan sebagai penghubung dan penyalur vaksin dari botol vaksin ke suntikan (injector).



c.     Vaksin




                                         Gambar 12. Vaksin
Vaksin ini memiliki fungsi yang berbeda-beda tergantung jenis penyakit yang akan di vaksin. Beberapa vaksin yang kami pelajari dan kami lakukan adalah vaksin Coryza dan AI serta ND-IB.
d.   Vitamin
 





        Gambar 13. Vitamin B Kompleks
      Vitamin digunakan untuk anti stress, penguat kerabang dan juga digunakan untuk menambah vitamin khusus untuk kebutuhan ayam layer.

2.      Penyakit pada Ayam Petelur
Terdapat beberapa penyakit yang menyerang ayam petelur di peternakan Halim Farm yang tentunya sangat merugikan dan menurunkan produksi telur. Selain itu penyakit tersebut juga akan mematikan ayam. Beberapa penyakit tersebut adalah :
a.  IB
Penyakit IB merupakan penyakit saluran pernafasan atas dan urogenital pada ayam yang bersifat akut dan menular (KING dan CAVANAGH, 1991). Serangan virus IB sangat merugikan karena dapat menyebabkan kematian dengan tingkat mortalitas 10–30% pada anak-anak ayam berumur kurang dari tiga minggu (HOFSTAD, 1984) dan ditandai dengan gejala pernafasan seperti sesak nafas, bersin-bersin, serta ngorok. Ayam umur di atas enam minggu yang terserang virus IB dapat menyebabkan pertumbuhan badan terhambat (DAVELAAR et al., 1986) sedangkan pada ayam petelur dewasa yang terserang virus IB  menyebabkan penurunan produksi hingga mencapai 60% dalam kurun waktu 6–7 minggu dan selalu disertai dengan penurunan mutu telur berupa bentuk telur tak teratur, kerabang telur lunak dan albumin cair (HOFSTAD, 1984; DAVELAAR et al., 1986; MUNEER et al., 1986; CHUBB, 1988). Penyakit IB pada unggas disebabkan oleh virus Corona, termasuk dalam famili Coronaviridae dan memiliki banyak serotipe, hal ini berhubungan dengan perbedaan susunan basa pada S1 glikoprotein. Untuk mewaspadai adanya serangan virus IB yang dapat merugikan industri peternakan ayam baik layer maupun broiler, perlu diantisipasi terjadinya serangan Infectious Bronchitis Virus (IBV).
b.  Flu Burung
Penyakit flu burung (High Pathogenic Avian Influenza/HPAI) merupakan penyakit unggas yang sangat patogenik dan fatal, yang dapat menyebabkan gejala pernafasan, gastrointestinal dan syaraf. Karena bersifat zoonosis, maka sejak 1955 HPAI menjadi sangat penting di seluruh dunia (OIE, 2000). Sementara wabah Al yang merebak di Indonesia, telah berhasil diisolasi dan diidentifikasi agen penyebabnya, yaitu virus Influenza tipe A subtipe H5N I (WIYONO et al.,2004) . Ayam yang terserang penyakit ini memperlihatkan gejala sianosis pada pial dan jenggernya, ptekhiae subkutan pada kaki, eksudat cair dari rongga hidung dan kematian mendadak secara beruntun dalam jumlah yang besar (DAMAYANTI et al., 2004a). Terjadi perdarahan pada hampir semua organ (otot dada, paha, trakhea, paru-paru, jantung, ovarium) dan nekrosis pada hati dan ovarium. Warna  khusus imunohistokimia, pada organ-organ tersebut dapat dideteksi adanya virus H5N I (DAMAYANTI et al., 2004b).
c.    Gumboro
Penyakit Gumboro atau Infectious Bursal Desease (IBD) merupakan penyakit pada ayam yang disebabkan oleh virus, penyakit ini bersifat akut dan menyerang unggas muda, terutama umur 4-6 minggu.  penyakit ayam ini ditandai dengan depresi yang hebat, disamping itu bersifat imunosupresif yaitu depresi pembentukan antibodi humoral karena terjadi kerusakan sel limfoid bursa fabricius, dan lebih ringan dalam organ limfoit lain. Penyakit gumboro pertama kali dilaporkan Cosgrove pada tahun 1962 di daerah Gumboro, Delaware, USA yang kemudian menamakanya sebagai penyakit Gumboro. Penyakit Gumboro menyerang semua jenis ayam dan jenis unggas lainya, misalnya kalkun. Agen penyebab penyakit telah berhasil diisolasi oleh Winterfield  pada tahun 1962, yang membedakan dengan penyakit yang telah dikenal sebelumnya sebagai nephroptic infectious bronchitis akibat inveksi virus pada ayam.
Infectious Bursal Desease atau penyakit gumboro disebabkan oleh virus yang tidak beramplop dan berbentuk simetri icosahedral dengan diameter antara 55 – 60 nm (Hirai and Shimakura, 1974).  Dobos et al (1979) mengelompokan virus IBD ke dalam famili Birnaviridae, genus Birnaviridae, merupakan ds RNA bersegmen dan hanya memiliki 2 segmen. Virus ini mempunyai kapsid yang mengandung empat struktural protein (Nick et al., 1976, Dobos et al., 1979).
d. Coryza
Coryza merupakan salah satu dari banyak penyakit pernafasan yang juga dapat menimbulkan suara seperti ngorok. Snot disebabkan oleh bakteri haemophilus paragalinarum yang merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang pendek atau cocobacililli , tercat polar, non motil, tidak membentuk spora dan fakultatif anaerob.  Sampai saat ini di Indonesia diketahui ada 3 serotype  Coryza yaitu A, B dan C namun ada serotype lain yang merupakan varian B atau ada juga menyebutkan serotype non-ABC. Bakteri ini mudah mati jika berada dilur tubuh inang/ unggas yaitu akan mati sekitar 4 jam namun akan sedikit lebih bertahan jika bakteri ini berada dalam eksudat/ lendir/ ingus yaitu bisa antara 1-3 hari.
Gejala klinis yang paling awal dapat ditemukan pada ayam yang terinfeksi coryza/ SNOT adalah bersin-bersin yang diikuti dengan adanya eksudat dari hidung maupun mata. Jika proses berlanjut maka eksudat tersebut akan mengental dan berbau busuk/ tidak sedap. Infeksi coryza ini jika ikut menyerang saluran pernafasan bagian bawah maka yang terjadi adalah muncul suara ngorok yang umumnya akan terdengar jelas saat malam hari. Efek dari infeksi saluran pernafasan tersebut adalah ayam susah bernafas sehingga akan menyebabkan penurunan nafsu makan dan minum serta terjadinya stress berat. Akibatnya daya tahan tubuh melemah dan ayam akan mudah terserang penyakit lainnya.

F.       Penanganan Telur dan Pemasaran
1.      Penanganan Telur
Ayam sekali bertelur memerlukan waktu 25-26 jam. Telur ayam yang keluar dari kloaka akan menggelinding keluar sangkar pada tempat telur bagian bawah sangkar. Tujuan dari bentuk kandang tersebut memiliki tujuan agar memudahkan operator kandang dalam pengambilan telur. Telur-telur tersebut kemudian diambil dan diletakkan di dalam egg tray sebelum ditimbang. Satu egg tray terdiri dari 30 butir telur ayam segar. Telur-telur yang telah terkumpul selanjutnya dibawa dengan menggunakan gerobak ke tempat penimbangan telur.
Penimbangan telur dengan menggunakan timbangan elektrik yang lebih tepat dan mudah disbanding timbangan manual. Peternakan ini biasanya dalam penimbangan telur bobot yang dikehendaki untuk dimasukkan dalam box adalah 10 kg/boks dan 15 kg/boks. Selain dengan menggunakan boks telur dalam pengepakan juga menggunakan egg tray kardus tergantung permintaan dari distributor atau agen. Kegiatan dalam peternakan ini semuanya masih dikerjakan dengan tenaga manusia atau masih manual. Berikut adalah alur penanganan telur ayam segar
     
    Gambar 14. Telur di Baterai                  Gambar 15. Pengambilan telur
      
     Gambar 16. Telur di egg tray              Gambar 17. Pengangkutan telur

     
     Gambar 18. Penimbangan telur          Gambar 19.Pengepakan Telur
2.     Pemasaran
Telur setelah pengepakan selanjutnya disimpan dalam tempat penyimpanan atau gudang telur yang biasanya nanti setelah sore hari dating truk pengangkut telur untuk didistribusikan. Proses pemasaran yang dilakukan oleh manajemen PT. Halim farm adalah dengan menjalin kerjasama dengan beberapa link dalam distribusinya. Telur yang masih segar langsung diambil oleh link tersebut atau sebaliknya dari pihak kandang yang mengantarkan telur ini ke tempat link yang dituju. Link tempat pendistribusian tersebut meliputi Toko Emunah di Jl. Raya Solo-Purwodadi dan Lotte Mart Solo. Harga pemasaran masih mengikuti harga yang berada di pasaran telur yakni Rp 15.000,00 sampai Rp 15.500,00 per kilonya.



 



  

               Gambar 20. Pendistribusian Telur
Pendistribusian menggunakan truk yang tertutup agar lebih aman dan tidak terkena pengaruh dari luar atau pengaruh cuaca. Penataan box juga perlu diperhatikan karena jika box telur masih bisa bergoyang akan menyebabkan telur pecah. Pecahnya telur tentu saja akan merugikan pihak distributor.
G.     Faktor-Faktor yang Memengaruhi Produktifitas Telur
Pembahasan dalam laporan ini tidak lengkap bila hanya membahas mengenai sarana produksi dan penanganan hasil produksi. Hal-hal seperti penyebab turunnya produksi juga perlu dibahas agar nantinya dapat mengurangi tingkat penurunan produktifitas telur. Berikut adalah beberapa faktor yang dianalisis selama kegiatan magang di PT. Halim farm .
1.      Konstruksi kandang
Beberapa hal yang kami analisis yang memungkinkan sebagai penyebab penurunan produksi telur adalah beberapa kandang yang jarak tanah tempat ekskreta dengan sangkar terlalu dekat. Jarak yang terlalu dekat akan membuat ammonia pada ekskreta sulit terurai di udara, akibatnya gas tersebut dihirup oleh ayam yang tentunya akan mengganggu pernafasan ayam. Jarak atap yang terlalu dekat dengan sangkar akan membuat pertukaran O2 kurang maksimal.
Tempat telur pada sangkar yang terlalu miring memungkinkan telur untuk langsung meluncur ke lantai kandang, sehingga telur retak dan harus disortir. Tempat minum yang terlalu miring akan membuat sulit dalam pembersihan, air minum yang menggenangi tempat pakan akan membuat pakan menjadi basah dan palatabilitas ayam akan menurun.
2.      Operator Kandang
Operator kandang terkadang menyepelekan mengenai hal-hal yang dianggap kecil namun sering disepelekan. Terdapat beberapa karyawan yang ketika di dalam kandang berbicara dengan suara yang keras, sehingga mengagetkan ayam. Akibat hal tersebut ayam akan menjadi stress, karena ungags merupakan hewan yang mudah stress. Pemberian pakan harusnya setelah pembersihan tempat minum, tujuannya adalah agar apabila ada air yang tumpah tidak membasahi tempat pakan yang masih kosong.
3.      Abnormalitas Telur
Faktor yang ketiga ini merupakan faktor yang tersulit untuk dicegah. Abnormalitas diketahui setelah telur keluar dari kloaka. Berikut adalah beberapa abnormalitas yang membuat produksi telur turun.
a)      Telur tanpa kerabang
Telur tanpa kerabang mudah sekali pecah karena tidak mempunyai kerabang luar dan hanya dibungkus dengan kerabang dalam yang sangat tipis. Hal ini terjadi karena tidak terjadinya pembentukan kerabang luar di dalam uterus ayam.
    Gambar 21. Telur tanpa kerabang
b)      Bentuk telur abnormal
Telur normal berbentuk oval, tetapi ada ke abnormalitas dimana bentuk telur tidak oval. Hal ini terjadi karena tidak sempurnanya pembentukan kerabang telur di dalam uterus ayam atau bisa terjadi saat pengeluaran telur melalui kloaka ayam kurang mempunyai tenaga sehingga dapat menyebabkan bentuk telur abnormal.
              Gambar 22. bentuk telur abnormal

c)      Double yolk
Telur mempunyai dua kuning telur dalam satu telur. Hal ini terjadi karena ovarium melepaskan dua ovum ke oviduct sehingga saat pembentukan albumen didalamnya terdapat dua kuning telur (yolk) dan sering terjadi pada ayam muda.
d)     Telur kecil
Telur ayam sangat kecil sebesar telur puyuh, telur tersebut apabila dibuka ada yang terdapat kuning telurnya dan ada pula yang tidak ada kuning telurnya. Apabila tidak terdapat kuning telurnya maka di dalam organ reproduksi ayam tidak terjadi pelepasan kuning telur dari ovarium. Hal ini sering terjadi pada ayam yang produksinya sedang menurun.
 
Gambar 23. Double Yolk                    Gambar 24. Telur Kecil

V.                KESIMPULAN DAN SARAN
A.  Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari pembahasan mengenai peternakan ayam petelur PT. Halim Farm diatas adalah :
1.      Ayam petelur yang diternakkan di PT. Halim farm adalah ayam petelur jenis leghorn yang warna bulunya merah bata.
2.      Produksi telur harian dipengaruhi oleh sarana dan prasarana produksi seperti pakan, kandang, alat kandang. Selain itu factor genetik, umur, cuaca, dan kesehatan juga sangat berpengaruh.
3.      Jumlah kandang di peternakan ini sejumlah 50 kandang, namun yang terpakai hanya 45 kandang dengan populasi per kandang ± 800-1000 ekor.
4.      Berbagai penyakit yang sering menyerang ayam di peternakan Halim farm yang diindikasikan juga mmenyerang ayam dipeternakan lain adalah Avian influenza, IB, Newcastle Disease, Coryza, dan IBD.
5.      Vaksinasi di peternakan ini rutin dilakukan sesuai dengan jadwal vaksin masing-masing umur ayam.
6.      Vaksin dilakukan dengan 2 metode yaitu drink water dan injeksi (Subcutaneus dan intramuscular.
7.      Pemberian vitamin anti stress sebelum vaksinasi dilakukan 2 hari sebelum vaksin dan 2 hari setelah vaksin.
B.  Saran
Saran yang dapat disampaikan dalam laporan magang ini adalah :
1.    Pembekalan materi mengenai ayam layer untuk operator dan karyawan lainnya perlu ditambah agar lebih mengetahui tentang ayam layer dan terutama untuk masalah keamanan.

2.    Perawatan terhadap kandang sangat diperlukan untuk menunjang tingkat produktifitas ayam.

1 komentar:

  1. assalamualaikum, apakah boleh minta nomer dari perusahaan yang dapat di hubungi ?

    BalasHapus